Shalat dan Hidup Dalam Keseharian Menurut Perspektif Islam

Secara kebahasaan, shalat berarti berdoa, yakni keinginan yang ditujukan kepada Allah Sw. Sedangkan menurut istilah, shalat berarti ucapan dan perbuat

Allah berfirman dalam Al-Qur'an : 

فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَٰوةَ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡ ۚ فَإِذَا ٱطۡمَأۡنَنتُمۡ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَٰوةَ ۚ إِنَّ ٱلصَّلَٰوةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبًا مَّوۡقُوتًا

Artinya : "Maka apabila kamu telah menyeksaikan shalatmu, ingatlah Allah diwaktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. " (QS. An-Nisa: 103) 

Secara kebahasaan, shalat berarti berdoa, yakni keinginan yang ditujukan kepada Allah Sw. Sedangkan menurut istilah, shalat berarti ucapan dan perbuatan dalam bentuk tertentu dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 

Dari pengertian secara istilah diatas, hakikat doa itu pun tidak terlepas dari pengertian ini, karena dalam bacaan yang dibaca ketika shalat terdapat permohonan kepada Allah Swt, sebagaimana tergambar dalam bacaan dan perbuatan shalat betapa pelakunya merendahkan diri di hadapan Allah Swt sambil mengakui keagunganNya. Itulah sebabnya, para ulama mwnyatakan bahwa shalat itu merupakan salah satu dari tiang agama Islam. 

Menurut ayat di atas, shalat merupakan kewajiban pokok yang diletakkan oleh Allah Swt di atas pundak hamba-hambaNya yang beriman dengan ketentuan sebanyak lima kali dalam sehari semalam, mengapa demikian? 

  • Dari sisi kebesaran dan keagungan Allah Swt, shalat merupakan konsekuensi dari keyakinan-keyakinan tentang sifat-sifat Allah Swt, zat yang menguasai alam raya ini, termasuk manusia serta kepadanya bergantung segala sesuatu. 
  • Dari sisi manusia, ia adalah makhluk yang memiliki naluri antara lain rasa cemas dan pengharapan, sehingga ia membutuhkan  sandaran dan pegangan dalam hidupnya. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari bahwa bersandar kepada makhluk sesamanya yakni manusia, sekalipun mempunyai ikatan sebagai suami, istri, orang tua, maupun ikatan kekeluargaan lainnya, sering kali tidak membuahkan hasil yang diinginkan, yakni kepuasan bathin yang dapat menentramkan. Karena itu, ia membutuhkan sandaran yang mutlak yang dapat memberikan bantuan dan bimbingan, baik untuk menghilangkan rasa cemas maupun memnuhi harapan hidup yang baik bagi seseorang. Semua kebutuhan ini hanya bertumpu kepada Allah Swt. Hal ini bukan saja dirasakan oleh setiap manusia yang beriman, melainkan juga oleh orang-orang yang notabene tidak mengenal Tuhan sama sekali. 

Dengan demikian, shalat dalam pengertian bahasa maupun istilah agama Islam, merupakan perwujudan dari hakikat tersebut. Oleh karena itu, shalat dibutuhkan oleh makhluk yang meyakini kekuasaan Tuhan serta makhluk yang memiliki naluri rasa cemas dan pengharapan itu. 

Namun sayangnya, banyak orang yang tidak mampu menyadari kebutuhan rohani dirinya sendiri. Rasulullah Saw bersabda : "Perbedaan antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir adalah meninggalkan shalat. " (HR. Muslim) 

Dalam hadits lain, Rasulullah Saw bersabda : "Sesungguhnya banyak orang yang melakukan shalat, tetapi alangkah sedikitnya orang yang mampu mendirikan shalat itu. " Yakni yang mampu menyadari bahwa shalat itu bukan saja memenuhi aspek ibadah, tetapi juga berdasarkan kebutuhan rohaninya sendiri. Kondisi orang-orang yang shalatnya demikian itu, bukan hanya tidak memenuhi aspek ibadah bahkan juga tidak pernah menyentuh relung hatinya, sehingga antara shalat yang tiap hari dilakukan dengan gaya hidup kesehariannya sangat berbeda. 

Kondisi shalat demikian, oleh Ibnu Mas'ud dinyatakan "Barang siapa yang shalatnya tidak mampu mendorong dirinya untuk berbuat kebaikan dan menghindarkan diri dari kemungkaran atau kejahatan, ia tidak akan mendapat tambahan apa-apa dari Allah kecuali semakin jauh dariNya. "

Rasulullah Saw memberikan petunjuk dan sekaligus memberikan peringatan kepada ummat Islam agar jangan sampai meninggalkan shalat dalam kondisi apapun, karena shalat itu untuk membedakan antara ummat Islam dengan orang-orang kafir. Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa yang mendirikan shalat dengan tepat, baginya akan diberi cahaya dan keselamatan di hari kiamat, dan barang siapa yang tidak mendirikan shalat, ia tidak akan diberi cahaya dan tidak pula diberi keselamatan. Keadaan mereka di hari kiamat akan bersama-sama dengan Qorun, Fir'aun, Hamman, dan Ubai bin Khalaf. " (HR. At-Thabrani dan Ibnu Hibban) 

  • Orang-orang yang meninggalkan shalat disebabkan sibuk menumpuk kekayaan akan disederajatkan dengan Qorun, seorang konglomerat di zaman Fir'aun. 
  • Orang-orang yang meninggalkan shalat karena sibuk mengurus kedudukannya yang tinggi, kekuasaan dan wewenang yang luas, ia akan disekandangkan dengan Fir'aun. 
  • Orang-orang yang meninggalkan shalat sebab sibuk menghadapi pekerjaannya sebagai pegawai, pejabat, dan yang sederajat, dia akan disekelaskan dengan Hamman, seorang perdana menteri Fir'aun. 
  • Orang-orang yang meninggalkan shalat sebab sibuk perdagangan dan perusahaannya, ia akan diserumahkan dengan Ubai bin Khalaf, seorang konglomerat di zaman jahiliyah. 

Harapan dan peringatan Rasulullah Saw tentang shalat ini, semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua, menjadi bahan tadzkiroh bagi kita untuk meningkatkan derajat shalat kita, dari tingkat yang lebih rendah menjadi tingkat yang lebih rajin dan tepat waktu. Selain untuk memenuhi salah satu kewajiban sebagai ummat yang beriman, kiranya shalat kita mampu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bukti bahwa shalat kita diterima oleh Allah Swt. Jika tidak, maka ancaman Allah Swt sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Mas'ud tadi bahwa shalat yang tidak mampu merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan saja shalat itu menjadi sia-sia, tetapi juga bahkan menjauhkan diri kita dari petunjuk Allah Swt. 

Semoga kita semua menjadi orang yang mampu mendirikan shalat, demikian pula keluarga kita. Doa ini juga sebagaimana diucapkan oleh Nabi Ibrahim As : "Yaa Allah, jadikanlah aku orang yang mampu mendirikan shalat dan demikian pula keturunanku. ".

Semoga artikel di atas menjadi ilmu yang bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan Anda. Sekian dan terima kasih... 

Memahami hidup dan kehidupan dengan seribu makna.