3 Rahasia Ikatan Kejiwaan Suami Istri Dalam Membina Keluarga Harmonis
Bagaimana seharusnya ikatan kejiwaan suami istri terjalin agar dapat membina keluarga yang harmonis? Suami istri yang tidak menyadari ikatan kejiwaannya akan sulit mewujudkan kehidupan rumah tangga yang baik. Suasana keluarga yang penuh dengan ketentraman, kebahagiaan dan kasih sayang tidak akan terwujud.
Oleh karena itu, suami istri sangat perlu mengetahui ikatan kejiwaannya agar dapat mewujudkan keluarga sakinah. Hal yang mendasar ini hanya dapat kita ketahui dari tuntunan Allah dan Rasulnya.
3 Rahasia Ikatan Kejiwaan Suami Istri Dalam Membina Keluarga Harmonis
Ikatan kejiwaan yang bagaimana yang seharusnya ada pada suami istri agar tercipta suasana tentram, bahagia, sejahtera, aman, dan penuh kasih sayang? Untuk mengetahui hal ini, para suami istri harus memahami 4 rahasia kejiwaan pasangan suami istri berikut ini :
1. Merasa menyatu
Dari Aisyah Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Sesungguhnya para istri adalah belahan jiwa para suaminya" (HR. Al-Bazzar).
Dalam hadits lain dijelaskan : Dari Aisyah, ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : 'Roh manusia satu dengan yang lainnya saling menarik. Bila sama mereka bersatu, dan bila berlainan mereka akan berjauhan'. " (HR. Bukhari)
Hadits di atas menjelaskan bahwa istri sebenarnya adalah belahan jiwa suami. Mereka semula sebenarnya satu. Karena terikat oleh pernikahan, mereka tidak hanya menjadi satu secara lahiriyah, tetapi juga menjadi satu secara bathiniyah.
Oleh karena itu apa yang dirasakan pahit oleh suami, dirasakan pahit juga oleh istri. Apa yang dirasakan menghina istri, dianggap pula oleh suami sebagai hal yang menghina dirinya sendiri.
Keadaan kejiwaan semacam ini merupakan fitrah yang Allah Swt tanamkan pada pasangan suami istri sebagai bagian dari bentuk yang konkrit (nyata) dari apa yang disebut belahan suami.
Hadits kedua menjelaskan bahwa roh manusia itu saling menarik. Jiwa cocok mereka akan bersatu, jika tidak cocok mereka akan saling berjauhan.
Bila seorang istri merasa tidak menyatu lagi dengan suaminya atau sebaliknya, suami tidak merasa menyatu lagi dengan istrinya, keadaan semacam ini akan mengancam kerukunan dan keutuhan pernikahan mereka.
Oleh sebab itu, mereka berdua perlu mencari dan menyelidiki hal-hal yang menyebabkan hilangnya rasa menyatu diri yang harus ada pada mereka sebagai suami istri.
Hal ini perlu dilakukan sebab perasaan terasing semacam ini terus tumbuh pada diri suami istri, dan lama kelamaan dapat menjauhkan mereka sehingga muncul keinginan untuk bercerai.
Perasaan menyatu antara suami istri dalam menempuh kehidupan rumah tangga merupakan tuntunan fitrah yang harus diperhatikan secara terus menerus. Dengan perasaan tersebut akan tercipta suasana rukun, damai, bahagia, dan saling mengasihi.
2. Saling berusaha menunjukkan kesetiaan
Allah Swt berfirman dalam al-Qur'an : "Dan jika seorang istri khawatir suaminya benci atau berpaling dari dirinya, tidaklah salah mereka berdua melakukan perdamaian dengan sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik. Akan tetapi, nafsu itu mempunyai sifat kikir. Jika kamu berbuat baik dan bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat. " (QS. An-Nisa 4 ayat 128).
Bila seorang istri takut suaminya membenci dirinya atau tertarik kepada wanita lain sehingga meninggalkan dirinya, mereka berdua diperbolehkan membuat suatu perdamaian atau perjanjian, sehingga masing-masing tetap dapat saling menunjukkan kesetiaan.
Dalam perdamaian itu mungkin sekali istri mengalah dalam beberapa hal, begitu juga suami menunjukkan toleransinya karena istri mau mengalah sehingga ikatan di antara mereka terus berjalan dengan baik.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa semangat untuk saling bertoleransi dan menunjukkan kesetiaan merupakan hal yang sangat sulit dilakukan.
Demikianlah karena pada dasarnya manusia memiliki dorongan nafsu buruk yaitu kikir, tidak suka haknya dikurangi tetapi ingin hak orang lain dimilikinya. Sifat buruk semacam ini perlu diwaspadai oleh suami istri agar mereka tidak terjerumus ke dalam semangat egoistis.
Pada ayat diatas Allah juga memperingatkan dengan tegas kepada para suami istri agar selalu berbuat baik dan bertaqwa kepada Allah Swt. Dengan berbuat baik dan taqwa itulah mereka akan dapat terus menjaga kesetiaan satu terhadap lainnya sehingga terpeliharalah kedamain dan kesentosaan mereka.
Agar suami istri tetap dapat menjaga semangat kejiwaan dan dorongan bathin untuk saling setia, mereka wajib menegakkan jiwa taqwa dan semangat berbuat baik yang didasarkan kepada keimanan kepada Allah Swt dan hari akhirat.
Dengan semangat keimanan ini, suami istri akan menyadari bahwa semua perbuatan mereka di dunia ini dan kelak akan Allah Swt perlihatkan di akhirat dan masing-masing akan mendapatkan balasan sesuai dengan amalnya.
3. Saling berusaha menciptakan suasana rukun
Laki-laki dan perempuan yang telah mengikat diri sebagai pasangan suami istri memiliki dorongan bathin saling menunjukkan kerelaan dan sikap rukun. Semangat bathin semacam ini diungkapkan oleh dengan kata-kata sakinah.
Orang yang berjiwa sakinah yaitu orang yang menunjukkan sikap rukun dan rela bergaul dengan orang lain sehingga terwujud ketentraman dan ketenangan dalam pergaulannya.
Para suami istri memiliki semangat dan dorongan bathin untuk menciptakan kehidupan yang berbahagia. Semangat dan dorongan semacam ini tidak dapat diwujudkan oleh laki-laki dan perempuan yang tidak terikat dengan pertalian suami istri.
Laki-laki dan perempuan yang mengikat diri sebagai suami istri juga memiliki perasaan sebagai satu diri sehingga mereka merasa harus dapat memelihara gerak yang sama, tujuan yang sama, dan cita-cita yang sama dengan pasangannya.
Dengan merasa diri menjadi satu dan bergerak sama, mereka memiliki semangat dan ikatan untuk terus bersatu dan hidup bersama. Mereka merasa dapat saling mengisi dan menyempurnakan kekuranangan mereka sehingga terwujudlah kesatuan langkah dan kesamaan tujuan hidup.
Semangat dan rahasia bathin semacan ini tidak akan terwujud dalam diri laki-laki dan perempuan yang tidak terikat dalam hubungan suami istri. Oleh karena itu, kita dapat menyaksikan hal-hal yang menarik dan menyenangkan dalam hubungan suami istri karena mereka memang memiliki rahasia kejiwaan tersendiri berbeda dengan suasana kejiwaan antara lelaki dan perempuan yang tidak terikat dalam jalinan pernikahan.
Tegasnya, orang yang terikat dalam jalinan suami istri memiliki semangat dan rahasia kejiwaan yang selalu tertanam di dalam hati dan pikiran mereka, yaitu semangat rukun, laksana satu diri, dan sama dalam gerak, tujuan dab cita-citanya. Semangat ini muncul karena keinginan mereka untuk menciptakan ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan.
Gabung dalam percakapan